Suasana di Kampus Rajawali terlihat sepi di pukul 16.00 senin (19/6) lalu, gasebo yang berada dibawah rerimbunan pohon beringin yang setiap paginya ramai oleh Mahasiswa Fakultas Teknik terlihat sepi karena mahasiswanya sedang sibuk menghadapi soal final...
Tiba-tiba, "Pegang batu masing-masing" ... teriak salah seorang dosen yang berdiri di beranda Jurusan. tiba-tiba mahasiswa yang berada di kelas tetangga berhamburan keluar sambil berkata "perang,, perang,, perang"...
Kurang lebih selang waktu 30 menit sejak kajadian tersebut, semua massa terlihat berbondong-bondong kembali sambil membawa kayu ditangannya dan meneriakkan kemenangannya karena telah berhasil membakar sejumlah 8 unit motor di fakultas lawannya.
Uhuk...uhuk...uhuk... batuk masih tetap menjangkiti laherku,,, ku duduk di Gasebo sebuah pohon ketapang besar sambil membuka pesan yang masuk sejak 15 menit yang lalu.. "Kamu harus kembali ke Sinjai sore ini" pesan dari kakak sulungku. akhirnya ku putuskan untuk memintanya untuk menjemputku di Kota Makassar walaupun kondisi tubuh tidak memungkinkan untuk mengadakan perjalanan jauh tapi yah apa boleh buat kayaknya panggilan darurat ini sangat penting dan harapannya setiba di kampung akan dioabati oleh ibunda tercinta.
Rencana awal bakal berangkat pukul 22.00, tapi kasihan melihat kakak yang baru tiba dari Sinjai langsung ke Kembali ke Sinjai tanpa istirahat akihrnya kuputuskan untuk istirahat sejenak di sebuah rumah yang cukup besar yang selama ini saya jadikan sebagai tempat hunianku.
Pukul 04.00 dini hari meluncur dari Kota Makassar dengan mengendarai sebuah motor Shogun R orange bersama kakakku, walaupun hujan turun dengan derasnya. Tetap saja saya melanjutkan perjalanan menuju sebuah daerah yang letaknya tidak jauh dari kaki Gunung Bawakaraeng, yah Manipi namanya.
Sekitar satu jam perjalanan dari kota Makassar yang masih dikendarai oleh saya, tepat di sebuah tempat yang bernama "Bontojai" tiba-tiba ban motor bocor yang memaksaku untuk menghentikan perjalanan sejenak.
"huff" sambil bersandar loyo di sebuah rumah adat pengantin didepan sebuah rumah panggung yang berwarna hijau. "Kau disini menunggu nanti saya yang cari tempat tambal ban" sambil mendorong motor menuju arah utara. "Ternyata susah mencari bengkel di hari yang masih gelap" kata Yasmin kakakku, terpaksa menunggu hingga sang surya tampak cerah.
Tidak terasa satu jam telah berlalu dengan posisi masih bersandar, akhirnya kakakku datang sambil berkata "ayomi berangkat" dengan bertukar posisi dari posisi pengendara dengan cuaca yang masih buruk.
Perjalanan panjang yang berkelok-kelok, tikungan yang cukup tajam dan curam adalah gambaran dari sebuah perjalanan yang telah dilalui dari Bontojai hingga akhirnya telah tampak rerimbunan pepohonan pinus Kota Kembang "Malino" tapi tiba-tiba sihijau mogok, cek per cek ternyata kehabisan bahan bakar. Terpaksa kembali mencari tempat penjual bensin botolan yang kebetulan tidak jauh dari jalan yang telah dilalui.
Perjalanan ke Manipi kembali dilanjutkan walaupun hujan deras yang tak kunjung reda, hingga akhirnya tiba sekitar pukul tepat pukul 9.00 di Manipi. Perjalanan yang cukup panjang ditengah gelap gulita membuatku tetap tegar melawan sakit di dada karena batuk, melawan dinginnya udara diperjalanan, dan melawan kelelahan.
Sekitar satu jam perjalanan dari kota Makassar yang masih dikendarai oleh saya, tepat di sebuah tempat yang bernama "Bontojai" tiba-tiba ban motor bocor yang memaksaku untuk menghentikan perjalanan sejenak.
"huff" sambil bersandar loyo di sebuah rumah adat pengantin didepan sebuah rumah panggung yang berwarna hijau. "Kau disini menunggu nanti saya yang cari tempat tambal ban" sambil mendorong motor menuju arah utara. "Ternyata susah mencari bengkel di hari yang masih gelap" kata Yasmin kakakku, terpaksa menunggu hingga sang surya tampak cerah.
Tidak terasa satu jam telah berlalu dengan posisi masih bersandar, akhirnya kakakku datang sambil berkata "ayomi berangkat" dengan bertukar posisi dari posisi pengendara dengan cuaca yang masih buruk.
Perjalanan panjang yang berkelok-kelok, tikungan yang cukup tajam dan curam adalah gambaran dari sebuah perjalanan yang telah dilalui dari Bontojai hingga akhirnya telah tampak rerimbunan pepohonan pinus Kota Kembang "Malino" tapi tiba-tiba sihijau mogok, cek per cek ternyata kehabisan bahan bakar. Terpaksa kembali mencari tempat penjual bensin botolan yang kebetulan tidak jauh dari jalan yang telah dilalui.
Perjalanan ke Manipi kembali dilanjutkan walaupun hujan deras yang tak kunjung reda, hingga akhirnya tiba sekitar pukul tepat pukul 9.00 di Manipi. Perjalanan yang cukup panjang ditengah gelap gulita membuatku tetap tegar melawan sakit di dada karena batuk, melawan dinginnya udara diperjalanan, dan melawan kelelahan.
0 komentar:
Posting Komentar