Sabtu, 09 Mei 2015

HIDUP ITU PROSES DIK

“Satu pesan saya dik, jangan pernah mengeluh apapun itu. Saya tidak senang mendengar orang yang mengeluh” (Ramly Ambo Logo)

Mungkin sejak itu tertanam dalam-dalam di mindset-ku untuk banyak belajar, berusaha lebih, pantang menyerah dan tidak mengeluh..  berikut beberapa dari banyak kisah yang pernah saya lalui.
Banyak orang yang bercerita tentang bagaimana perjuangan hidup orang lain, tapi lebih banyak diantara mereka yang bercerita tentang perjuangan hidup pribadinya (termasuk saya).
~  *** ~
Makan Nasi Campur Kripik
Tidak sedikit yang bertanya kepada ibuku jika bertemu, “Ibu kasi makan apa Yudi, kenapa bisa seperti itu ?” kata orang-orang kepada ibuku. Ibuku hanya menjawab dengan jawaban candaan sekenanya. “Yah makan nasi, ikan (kalau ada)” Katanya sambil tersenyum..
Saya hanya ingin bercerita dan mengajak kalian untuk banyak-banyak bersyukur, bukan banyak-banyak mengeluh. Hidup itu disyukuri, bukan untuk dikeluhkan..
Terkadang saya heran kepada adik-adik yang protes kepada orang tuanya jika disediakan makanan seadanya. Saya ingat persis ketika saya SMP sampai SMA dulu. Kebetulan ibu saya punya usaha kecil-kecilan, usaha pembuatan kripik (Pisang, singkong, talas) yang didistribusikan ke sekolah-sekolah dan saya yang mengantar ke tiap-tiap warung itu hampir setiap malam. Tidak jarang dan bahkan hampir setiap saya makan hanya dengan makan nasi dengan lauk kripik keladi atau singkong yang dibuat ibuku. Bagi saya yang penting ada pengganjal perut untuk beraktivitas.
Ketika diawal-awal kuliah pun uang makan saya hanya Rp.2000 dalam 2 hari. Rp. 2000,- bisa membeli 4 potong tempe/tahu yang saya habiskan sepotong tempe sekali makan. Kadang dicampur dengan masakan sayur daun kelor jika daun kelor depan kost lagi berdaun lebat. Atau bahkan jika beasiswa tak kunjung cair tidak jarang saya hanya makan nasi campur dengan garam. Tapi lagi-lagi semua itu tidak pernah saya keluhkan. 

Jalan Kaki di bawah Terik
Sejak kelas 2 SMA diberi amanah untuk pakai motor Honda tua milik nenek, tante ibu saya. Motor itu diberikan ke saya agar sewaktu-waktu jika beliau butuh diantar ketempat tertentu ada saya yang selalu siap mengantar. Namun pas ketika masa-masa saya persiapan ujian akhir di SMA nenek saya meniggal. Lulus SMA motor tua itu jadi barang rebutan dikalangan keluarga hingga akhirnya saya  dan ibu saya memilih untuk menyerah. Dengan harapan suatu saat nanti saya bisa beli motor baru yang jauh lebih bagus yang bisa membawa saya kemana pun.

Mahasiswa baru saya jalan kaki dari kost menuju kampus menembus lorong-lorong tikus belakang kampus, tidak jarang juga saya berjalan di bawah terik dari kampus sektor Parangtambung menuju kampus Gunungsari yang mungkin jaraknya sekitar 5 Km hanya untuk memenuhi panggilan para birokrasi disana tidak lain hanya untuk mengurusi ratusan mahasiswa Bidikmisi. Pernah juga suatu ketika bulan puasa dengan penuh harapan agar hari itu saya bisa mencairkan biaya hidup Bidikmisi pertama saya. Saya jalan kaki ba’da jum’at menuju Bank BNI Cabang Pettarani yang jaraknya sekitar 10 Km dari rumah kost.  Alhasil sesampai disana tepat pukul 15.30 yang berarti pelayanan sudah ditutup. Capek, iya.. letih, sangat.. haus, apalagi.. tapi itulah perjuangan. Saya kembali dengan tangan kosong dan mecari masjid terdekat untuk istirahat sembari menuggu buka puasa.

Semester berikutnya saya pernah dihadiahi sepeda Polyg*n dari pihak kemahasiswaan untuk bisa saya pakai pulang balik kampus atau pun keluar kerja tugas. Tapi hanya bertahan mungkin 1 semester karena dicuri.. sejak itu saya bertekad di semester 5 tepat di awal tahun 2013 saya harus punya motor sendiri apapun itu. Alhamdulillah kesabaran dan kesungguhan akan selalu berbuah manis, dipertengahan tahun 2012 saya terpilih menjadi mahasiswa berprestasi I se-Fakultas Teknik dan terpilih 3 besar mahasiswa berpretasi se-Univesitas Negeri Makassar hingga diakhir tahun 2012 saya menjadi salah seorang mahasiswa Bidikmisi yang terpilih mewakili UNM sebagai mahasiswa Bidikmisi berprestasi Nasional di Jakarta. “Hasil tidak pernah menghianati proses”. Tepat di tanggal 3 Januari 2013 saya bisa beli motor baru sendiri tanpa bantuan dari orang tua sedikit pun.
“saya tidak bangga jika saya punya kendaraan mewah, gadget merk terbaru tapi dari orang tua. Saya lebih bangga jika punya barang jelek tapi usaha sendiri”.

Tulis diatas kertas
Ponsel pertama saya beli dari kelebihan uang beasiswa saya waktu SMA. Itu pun hanya ponsel bekas, monophonic, layar kuning, baterainya dieratkan dengan menyelipkan lipatan kecil kertas diujungnya dan casingnya dibalut isolasi. Kurang lebih seperti pengganjal ban mobil atau bahkan pelempar mangga tapi sayangnya tidak bertahan hingga saya masuk kuliah.

Saya kuliah di salah satu program studi terfavorite lagi elite di UNM. Favorite karena prodi baru yang kebanjiran peminat dari segala penjuru Indonesia Timur hingga mencapai empat ribuan peminat ditahun itu. Elite karena kebanyakan dari mereka adalah anak dari kaum teknokrat, konglomerat, biroktrat dan kaum politisi  (tidak pakai rat) yang kebanyakan mata kuliahnya mengharuskan menggunakan laptop. Sedangkan saya hanya anak yatim dan sederhana. Ponsel saja tidak punya apalagi laptop..
Pernah suatu ketika ujian tengah semester mata kuliah Bahasa Pemrograman segera dimulai dan dosen memerintahkan untuk menaikkan masing-masing laptop di atas mejanya. Saya hanya bisa menoleh kiri dan kanan dan menyadari dikelas memang hanya saya yang tidak mempunyai laptop. Hanya bisa menelan ludah dan mengurut dada. Karena saya duduknya paling depan tiba-tiba dosen berkata “Ok silahkan kerjakan bahasa pemrograman yang ada pada slide di atas dengan menggunakan laptop masing-masing dan nanti file-nya dikumpul dalam satu flashdisk. Khusus Yudi kerjakan di atas kertas saja”.

Saya hanya ingin menyampaikan kepada siapa saja yang membaca ini terutama kepada adik-adik mahasiswa Bidikmisi, perbanyaklah berdoa, bersyukur dan berusaha karena tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil. Juga perbanyak berterima kasih kepada siapa pun yang selalu memberikan kebaikan dan bantuan kepadamu terutama kepada ibumu yang selalu mendoakan,  mengkhawatirkanmu dan memberikan kasih sayang tulusnya kepadamu.

“Hidup itu proses Dik, hadiah dan prestasi hanya efek dari proses yang kamu jalani. Tetap jadi manusia yang Optimistis…”

9 komentar:

Followers

Terima Kasih atas kunjungan anda, Jangan lupa Follow, dan komentarnya !!!