“Satu pesan saya dik, jangan pernah mengeluh apapun itu. Saya tidak senang mendengar orang yang mengeluh” (Ramly Ambo Logo)
Mungkin
sejak itu tertanam dalam-dalam di mindset-ku untuk banyak belajar, berusaha lebih, pantang menyerah dan tidak mengeluh.. berikut beberapa dari banyak kisah yang
pernah saya lalui.
Banyak orang yang bercerita tentang bagaimana perjuangan hidup orang lain, tapi lebih banyak diantara mereka yang bercerita tentang perjuangan hidup pribadinya (termasuk saya).
~ *** ~
Makan Nasi Campur Kripik
Tidak
sedikit yang bertanya kepada ibuku jika bertemu, “Ibu kasi makan apa Yudi, kenapa bisa seperti itu ?” kata orang-orang
kepada ibuku. Ibuku hanya menjawab dengan jawaban candaan sekenanya. “Yah makan
nasi, ikan (kalau ada)” Katanya sambil tersenyum..
Saya hanya
ingin bercerita dan mengajak kalian untuk banyak-banyak bersyukur, bukan
banyak-banyak mengeluh. Hidup itu disyukuri, bukan untuk dikeluhkan..
Terkadang
saya heran kepada adik-adik yang protes kepada orang tuanya jika disediakan
makanan seadanya. Saya ingat persis ketika saya SMP sampai SMA dulu. Kebetulan
ibu saya punya usaha kecil-kecilan, usaha pembuatan kripik (Pisang, singkong,
talas) yang didistribusikan ke sekolah-sekolah dan saya yang mengantar ke
tiap-tiap warung itu hampir setiap malam. Tidak jarang dan bahkan hampir setiap
saya makan hanya dengan makan nasi dengan lauk kripik keladi atau singkong yang
dibuat ibuku. Bagi saya yang penting ada pengganjal perut untuk beraktivitas.
Ketika
diawal-awal kuliah pun uang makan saya hanya Rp.2000 dalam 2 hari. Rp. 2000,-
bisa membeli 4 potong tempe/tahu yang saya habiskan sepotong tempe sekali
makan. Kadang dicampur dengan masakan sayur daun kelor jika daun kelor depan
kost lagi berdaun lebat. Atau bahkan jika beasiswa tak kunjung cair tidak
jarang saya hanya makan nasi campur dengan garam. Tapi lagi-lagi semua itu
tidak pernah saya keluhkan.
Jalan Kaki di bawah Terik
Sejak kelas
2 SMA diberi amanah untuk pakai motor Honda tua milik nenek, tante ibu saya.
Motor itu diberikan ke saya agar sewaktu-waktu jika beliau butuh diantar ketempat
tertentu ada saya yang selalu siap mengantar. Namun pas ketika masa-masa saya persiapan ujian akhir di SMA nenek saya meniggal. Lulus SMA motor
tua itu jadi barang rebutan dikalangan keluarga hingga akhirnya saya dan ibu saya memilih untuk menyerah. Dengan
harapan suatu saat nanti saya bisa beli motor baru yang jauh lebih bagus yang
bisa membawa saya kemana pun.
Mahasiswa baru
saya jalan kaki dari kost menuju kampus menembus lorong-lorong tikus belakang
kampus, tidak jarang juga saya berjalan di bawah terik dari kampus sektor Parangtambung
menuju kampus Gunungsari yang mungkin jaraknya sekitar 5 Km hanya untuk
memenuhi panggilan para birokrasi disana tidak lain hanya untuk mengurusi
ratusan mahasiswa Bidikmisi. Pernah juga suatu ketika bulan puasa dengan penuh
harapan agar hari itu saya bisa mencairkan biaya hidup Bidikmisi pertama saya.
Saya jalan kaki ba’da jum’at menuju Bank BNI Cabang Pettarani yang jaraknya
sekitar 10 Km dari rumah kost. Alhasil
sesampai disana tepat pukul 15.30 yang berarti pelayanan sudah ditutup. Capek,
iya.. letih, sangat.. haus, apalagi.. tapi itulah perjuangan. Saya kembali
dengan tangan kosong dan mecari masjid terdekat untuk istirahat sembari menuggu
buka puasa.
Semester
berikutnya saya pernah dihadiahi sepeda Polyg*n dari pihak kemahasiswaan untuk
bisa saya pakai pulang balik kampus atau pun keluar kerja tugas. Tapi hanya
bertahan mungkin 1 semester karena dicuri.. sejak itu saya bertekad di semester
5 tepat di awal tahun 2013 saya harus punya motor sendiri apapun itu.
Alhamdulillah kesabaran dan kesungguhan akan selalu berbuah manis,
dipertengahan tahun 2012 saya terpilih menjadi mahasiswa berprestasi I
se-Fakultas Teknik dan terpilih 3 besar mahasiswa berpretasi se-Univesitas
Negeri Makassar hingga diakhir tahun 2012 saya menjadi salah seorang mahasiswa
Bidikmisi yang terpilih mewakili UNM sebagai mahasiswa Bidikmisi berprestasi
Nasional di Jakarta. “Hasil tidak pernah
menghianati proses”. Tepat di tanggal 3 Januari 2013 saya bisa beli motor baru
sendiri tanpa bantuan dari orang tua sedikit pun.
“saya tidak bangga jika saya punya kendaraan mewah, gadget merk terbaru tapi dari orang tua. Saya lebih bangga jika punya barang jelek tapi usaha sendiri”.
Tulis diatas kertas
Ponsel
pertama saya beli dari kelebihan uang beasiswa saya waktu SMA. Itu pun hanya
ponsel bekas, monophonic, layar kuning, baterainya dieratkan dengan menyelipkan
lipatan kecil kertas diujungnya dan casingnya dibalut isolasi. Kurang lebih
seperti pengganjal ban mobil atau bahkan pelempar mangga tapi sayangnya tidak
bertahan hingga saya masuk kuliah.
Saya kuliah
di salah satu program studi terfavorite lagi elite di UNM. Favorite karena prodi
baru yang kebanjiran peminat dari segala penjuru Indonesia Timur hingga
mencapai empat ribuan peminat ditahun itu. Elite karena kebanyakan dari mereka
adalah anak dari kaum teknokrat, konglomerat, biroktrat dan kaum politisi (tidak pakai rat) yang kebanyakan mata
kuliahnya mengharuskan menggunakan laptop. Sedangkan saya hanya anak yatim dan sederhana. Ponsel saja tidak punya apalagi laptop..
Pernah suatu ketika ujian tengah semester mata kuliah Bahasa Pemrograman segera dimulai dan dosen memerintahkan untuk menaikkan masing-masing laptop di atas mejanya. Saya hanya bisa menoleh kiri dan kanan dan menyadari dikelas memang hanya saya yang tidak mempunyai laptop. Hanya bisa menelan ludah dan mengurut dada. Karena saya duduknya paling depan tiba-tiba dosen berkata “Ok silahkan kerjakan bahasa pemrograman yang ada pada slide di atas dengan menggunakan laptop masing-masing dan nanti file-nya dikumpul dalam satu flashdisk. Khusus Yudi kerjakan di atas kertas saja”.
Pernah suatu ketika ujian tengah semester mata kuliah Bahasa Pemrograman segera dimulai dan dosen memerintahkan untuk menaikkan masing-masing laptop di atas mejanya. Saya hanya bisa menoleh kiri dan kanan dan menyadari dikelas memang hanya saya yang tidak mempunyai laptop. Hanya bisa menelan ludah dan mengurut dada. Karena saya duduknya paling depan tiba-tiba dosen berkata “Ok silahkan kerjakan bahasa pemrograman yang ada pada slide di atas dengan menggunakan laptop masing-masing dan nanti file-nya dikumpul dalam satu flashdisk. Khusus Yudi kerjakan di atas kertas saja”.
Saya hanya
ingin menyampaikan kepada siapa saja yang membaca ini terutama kepada adik-adik
mahasiswa Bidikmisi, perbanyaklah berdoa, bersyukur dan berusaha karena tidak ada usaha
yang tidak membuahkan hasil. Juga perbanyak berterima kasih kepada siapa pun
yang selalu memberikan kebaikan dan bantuan kepadamu terutama kepada ibumu yang
selalu mendoakan, mengkhawatirkanmu dan memberikan kasih sayang tulusnya kepadamu.
“Hidup itu proses Dik, hadiah dan prestasi hanya efek dari proses yang kamu jalani. Tetap jadi manusia yang Optimistis…”
Izin Share kakk ... "Hasil tidak pernah menghianati Proses" .. Wowww Jadi Bahan Inspirasi
BalasHapusSilahkan dek :)
BalasHapuskeren kak, izin share :)
BalasHapusSilahkan dek :)
BalasHapussangat menginspirasi kak,,, ;)
BalasHapusTerima kasih dek :)
BalasHapusTerharu K Ram membaca ini Dek. I am always so proud of you.
BalasHapusTerima kasih kak kak Ram.. u're my best teacher
BalasHapusnice kak, isin share sebgaian kata katanya :D
BalasHapus