Rabu, 20 November 2013

Berawal dari PKTIR

Usiaku sebagai seorang mahasiswa tak terasa makin hari makin usang, sampai hari ini masih menikmati masa-masa KKN jilid 2. Ada cerita tersendiri kenapa saya menyebut kali ini adalah KKN jilid 2. Yah tentunya kalau ada Jilid 2 berarti ada jilid 1.

Mencoba flashback menatapi potret klasik yang sengaja saya unggah di Sosial Media Facebook, potret yang saat itu saya masih duduk dibangku SMA  kelas 2 yang tercatat sebagai peserta tunggal dari Kabupaten Sinjai di Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Remaja (PKTIR) Tingkat SMA/ Sederajat se-Sulawesi Selatan – Barat yang diadakan oleh kakak-kakak di sebuah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di UNM, Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran namanya.

Backdrop PKTIR di Aula SLB Pembina

***
Diacara ini saya diajarkan sedikit demi sedikit mengenal yang namanya Karya Tulis. Menurut saya inilah acara yang paling perfect dari semua acara yang saya ikuti semenjak saya sekolah. Mereka berhasil menyulap sebuah acara pelatihan dengan sedemikian rupa sehingga terlihat perfect, Mulai dari susunan acaranya, panitianya, pematerinya, pelayanannya dan sebagainya. Diacara itu peserta diajarkan bagaimana cara berpikir kreatif, berpikir ilmiah, dan fun. Penelitian perdana kelompok penelitian saya pada saat itu adalah analisis minat bersekolah anak jalanan yang ada dipertigaan A.P Pettarani dan Alauddin yang didampingi oleh Kak Shana, Kak Asriani dan Kak Asnan.

Kelompok Peneliti Anjal (Anak Jalanan)

***
“PKTIR adalah sebuah acara pelatihan siswa yang Wow sekali” menurut saya.

Kalau mau diurut­ kronologinya, bisa jadi karena LPM Penalaran sehingga saya bisa menikmati yang namanya mahasiswa. Yah kadang itu terbesit dipikiranku secara tiba-tiba, dan saya harus akui itu semua. Berawal dari kedekatanku dengan sahabat kakakku, Kak Ramly yang juga salah seorang senior yang  berstatus sebagai pengurus di LPM Penalaran pada saat itu merekomendasikan untuk ikut PKTIR, karena dengan salutnya dengan acara tersebut sehingga terbesit dalam hati untuk bisa ikut diorganisasi itu bagaimana pun caranya saya harus masuk. Padahal saya masih duduk dibangku SMA.
Mencoba untuk memenuhi tawaran dari wakasek kesiswaan pada saat itu untuk ikut mendaftar di UNM lewat jalur PMDK dengan melampirkan beberapa berkas persyaratan termasuk di dalamnya adalah sertifikat PKTIR yang juga merupakan salah satu sertifikat andalan saya saat itu. Dengan optimis dalam hati insyaAllah ini semua bisa jadi modal saya untuk bisa menjawab asa untuk bisa lanjut dibangku kuliah.
Pengumuman jalur PMDK sudah keluar dan itupun saya dapat informasi lewat Kak Ramly pada waktu itu lewat telepon. Gembira? , yah sudah pasti. Senang ? , apalagi.
Sebuah kesyukuran besar karena diberikan kesempatan untuk kuliah di Sebuah Perguruan Tinggi negeri pencetak generasi Oemar Bakri ternama di Indonesia Timur tepatnya disebut Universitas Negeri Makassar (UNM), Plus mendapatkan bantuan biaya pendidikan yang diberikan Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan alias beasiswa Bidikmisi yang dikhususkan bagi siswa lulusan SMA yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.

Orang-orang yang paling pertama saya cari ketika menginjakkan kaki di kampus orange ini adalah mereka yang pernah aku kenal sebelumnya diacara PKTIR diantaranya Kak Erwin Saputra, Kak Arman, Kak A. Syamrizal, Kak Shana, dan masih banyak manusia-manusia yang memiliki segudang prestasi dengan berbagai karakter.
Hari-hari pertama dikampus saya banyak ditemani oleh Kak Ramly untuk keliling-keliling kampus dan untuk pertama kalinya menyaksikan mahasiswa yang lagi bentrok. Mulai dari awal masuk kampus saya sudah banyak arahan dari kakak-kakak yang dari Penalaran. Bagaimana cara bersikap di kampus ketika ada senior yang usil, bagaimana cara berprestasi di kampus dan segala hal tentang dunia kampus. 

Bulan Desember 2010 saat itu telah dibuka pendaftaran Pelatihan Metodologi Penelitian dan Orientasi Anggota Baru (PMP-OAB) XIV. Sudah pasti saya tidak akan ketinggalan moment yang sudah dari SMA saya cita-citakan ini. Berkat bimbingan dari beberapa kakak-kakak penalaran yang ada di Fakultas Teknik, saya mencoba untuk serius mengikuti seleksi perekrutannya. Dimulai dari pengambilan formulir, Technical meeting di ruang senat lantai 3, Focus Group Discussion (FGD) di teras masjid Nurul Ilmi kampus UNM Gunungsari, tes tertulis di gedung Jurusan Fisika FMIPA, tes wawancara di Rumah Nalar (lama), PMP di Gedung gedung SLB, hingga OAB di Taman Purbakala Sumpang Bitta Pangkep. Namun diantaranya yang paling berkesan adalah ketika PMP.

Acara PMP di SLB adalah PKTIR Episode II buat saya, hampir semua hal yang saya jalani di PKTIR ada di PMP. Mulai dari tempatnya yang di SLB, tidurnya yang diasramakan, makan barengnya, penerimaan materinya di Aula SLB, materi dan pematerinya. Yang berbeda hanyalah waktu dan pesertanya ditambah acara mengetik massalnya dengan  menggunakan mesin tik.

Mengetik Massal di tahap PMP

***
Setelah saya menjadi bagian di dalamnya, ternyata jauh lebih dari apa yang saya bayangkan sebelumnya dan saya tidak pernah menyesal menjadi bagian dari Penalaran tapi saya menyesal karena saya belum bisa memberikan hal yang begitu berarti buat Penalaran seperti jawaban saya ketika saya tes wawancara yang mengatakan “Apa yang bisa kamu berikan untuk penalaran?” Saya jawab waktu itu, “Saya akan memberikan sumbangan pemikiran, tenaga, waktu, dan materi sesuai dengan apa yang saya punya”. Jawaban yang cukup singkat namun mengandung hutang jika tidak dilaksankan.

Sungguh keluarga baru yang telah saya temukan ketika berada di dalamnya, terlebih ketika saya menjadi penghuni tetap di Rumah Nalar (lama). Berbagi cerita, canda, tawa, juga duka  telah kutemukan di dalamnya.

“Selalu ada cerita tersendiri jika saya berada diantara mereka-mereka yang luarbiasa..”
Hampir semua cerita mahasiswa saya bertemakan Penalaran, tidak jarang namanya ikut disetiap kali saya menulis curriculum vitae, perkenalan di depan umum, membawa materi keorganisasian, bahkan di Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) pun demikian hingga saat ini ketika saya menjalani KKN Jilid 2.

KKN Jilid 1 saya temukan disalah satu kegiatan yang diadakan LPM Penalaran UNM di sebuah Desa Tertinggal yaitu kegiatan Karya Bakti Ilmiah (KBI) tepatnya di Dusun Kahaya yang terletak dikaki gunung Lompo Battang di sebelah barat atau di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Panorama alam Kahaya yang indah seakan tidak pernah terlupakan bagi para laskar-laskar nalar yang pernah bertandang ke sana. Dusun yang udaranya cukup dingin hingga menusuk sampai ke tulang tempat kami mengaplikasikan Tri Darma Perguruan Tinggi. Di sana tempat pertama kalinya saya melakukan perngabdian kepada masyarakat, dan di sana pula tempat yang pertama kalinya saya berbagi cerita dan berbagi motivasi kepada anak-anak sekolah. Kurang lebih seperti yang saya jalani di KKN jilid 2.

“Singkat namun bermakna” mungkin kalimat yang pas untuk memberikan kesan di KKN Jilid 1 dan semuanya berawal dari PKTIR.

Potret KKN Jilid 1 bersama Penalaran

***
Berbagi cerita dengan murid-murid Dusun Kahaya

***
Diakhir goresan saya ini saya kembali mengulang statement saya sebelumnya “Sungguh Penalaran adalah keluarga baru buat saya”.

Bumi Latemmamala (Soppeng), 20 September 2013
Yudi Arianto Latief


Related Posts:

2 komentar:

  1. Insya Allah...
    Dan ketika saya menginjakkan kakiku yang pertama kali dikampus anda, yang duluan saya cari adalah anda kak "yudi arianto latief" yang mengajari saya bersikap pada senior dan bagaimana mengikuti jejak anda. :)

    BalasHapus
  2. Dengan senang hati Dinda Riskawati Rahim ... saya menggumu :)

    BalasHapus

Followers

Terima Kasih atas kunjungan anda, Jangan lupa Follow, dan komentarnya !!!