Sumber Gambar: www.aviva.com |
Setiap mendengar istilah itu ingin rasanya cepat-cepat menjauh. Entah aku takut sama jarumnya atau takut kalau kekurangan darah, yang pastinya aku takut.
Berbicara tentang suntik menyuntik sering aku teringat dengan masa-masa SD-ku dulu. Setiap diadakan suntik secara massal saya langsung kabur dari sekolah dan bahkan bersembuyi di semak belukar berjam-jam untuk menghindari kejaran Tim Medis dan Guru pada waktu itu.
Kebiasaan lama ini terus terbawa hingga aku duduk di bangku Kuliah beberapa kali aku ditahan dalam kampus untuk melakukan donor darah tapi selalu saja saya tepis dengan alasan klasikku, " Maaf, Saya lagi tidak fit" kemudian sengaja dengan cepat menjauh dari lokasi dengan harapan tidak ada yang tawarkan lagi.
Sebagai seorang koordinator sekolah (Korsek) di sebuah lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) dapat tawaran Kegiatan Donor Darah kerjasama dengan Rumah Sakit Umum di sebuah Daerah lewat salah seorang anggota posko. Sadar akan tanggung jawab saya turut mensosialisasikan Aksi Donor Darah ini di semua warga di sekolah tersebut, saya menjelaskan mulai dari apa manfaat Donor Darah, Syarat-syarat yang harus dilakukan sebelum donor darah,dan sebagainya walaupun dalam hati kadang selalu menyangkal setiap perkataan saya. Sosialisasi di Sosial Media Pun saya gencarkan demi suksesnya acara Donor Darah tersebut.
Kamis pagi (12/9) tim Transfusi Darah Dari RSU sudah masuk ke lokasi sekolah dengan menggunakan sebuah mobil besar yang berlabelkan RSU lengkap dengan Lampu Emergency yang terpasang di atasnya. Saya mencoba untuk menjukkan ruangan dimana akan diadakan. Mengajak peserta bahkan bagi formulir regsitrasi darah pun ku lakukan pagi itu hingga akhirnya kembali kekebiasaan lama alias menghindari TKP agar tetap bertahan dengan kebiasaan lamaku.
Saya dapat alasan yang tepat untuk menghindarinya, "Mengajar" yang kebetulan partner mengajarku tidak bisa masuk karena sudah siap menyumbangkan Darah Segarnya ke Tim Medis.
Masuk ke ruang kelas mengajar sebenarnya adalah hanya spekulasi dari otak kotorku agar tidak Donor Darah.
Sejam berselang lamanya, akhirnya muncul wajah cantik tapi sedikit kusut membalik daun pintu yang setengah tertutup ruang kelas tempatku mengajar, ternyata dia adalah partner mengajar yang aku gantikan untuk sementara di kelas tempatnya mengajar.
Sejam berselang lamanya, akhirnya muncul wajah cantik tapi sedikit kusut membalik daun pintu yang setengah tertutup ruang kelas tempatku mengajar, ternyata dia adalah partner mengajar yang aku gantikan untuk sementara di kelas tempatnya mengajar.
"Sudah sampai mana Yud? nanti saya yang lanjutkan mengajarnya. Nanti tidak kebagian kesempatan untuk donor darah" Katanya dengan suara khasnya.Sedikit iseng melihat situasi ditempat kegiata, ternyata yang ku datangi semua telah selesai melakukan Donor Darah.. tinggal saya yang belum. Dengan sedikit memberanikan diri sebagai penutup malu ku coba untuk menghibur diri dan langsung mengisi formulir Donor Darah.
Entah ikhlas atau tidak darah yang saya donorkan yang pastinya saya memberanikan diri karena mereka yang dengan kompaknya mengatakan "Sisa Kamu Yud".
Setelah sekantong darah berhasil dimasukkan lewat selangnya akhirnya Donor darahnya sudah selesai, ternyata tidak seburuk yang selalu mengotori pikiranku. Ternyata Donor Darah itu mengasyikkan, selain bisa membantu jiwa orang lain juga menyehatkan tubuh. Dan ini adalah Donor Darah pertamaku .... # & %
*Tulisan Lepas Disebuah Posko Pengabdian, 12 September 2013
0 komentar:
Posting Komentar