Senin, 27 Juli 2015

Cerita dibalik Mudik dan Erupsi Gunung Raung #2

Saya terbangun sekitar pukul delapan pagi disaat Hariri dan keluarganya pulang dari Shalat Idh, Astagfirullah saya kesiangan..
Sebelum diantar kembali ke Bandara Juanda saya diajak untuk ikut berkeliling silaturrahmi ke rumah warga setempat sambil melihat bagaimana adat orang Jawa ketika hari lebaran, cukup jauh berbeda menurutku dengan dengan adat yang ada di Kampung halamanku. Adat mereka
Setelah shalat Jum’at disalah satu masjid di Gresik yang isi khutbahnya sepenuhnya menggunakan jawa, saya kembali berkemas dan bersiap untuk kembali ke Bandara di Sidoarjo karena perjalanan dari Gresik menuju Bandara Juanda di Sidoarjo cukup jauh dan saya harus check in selambat-lambatnya jam empat sore. Saya sibuk berkemas, orang tua Hariri juga sibuk mempersiapkan makanan dan minuman saya untuk di Bandara nanti juga oleh-oleh khas Gresik buat keluarga saya di Kampung.
Semuanya sudah beres dan siap untuk berangkat ke Bandara ternyata keluarga Hariri juga ikut mengantar, mulai dari Bapak, Ibu, paman, sepupu dan Hariri sendiri ikut mengantarkan saya ke Bandara. Penghargaan mereka terhadap tamu jauh melebihi dugaan saya, saya salut …
Waktu menunjukkan jam 3 sore akhirnya kami tiba di Bandara Juanda, duduk sejenak dan langsung menuju ke Costumer Service mananyakan perkambangan penerbangan. 
“Permisi mba, saya mau tanya bagaimana dengan perkembangan untuk jadwal penerbangan hari ini?”
“Maas mas, karena banyaknya pembatalan penerbangan maka kami harus menata ulang jadwal penerbangan, mas silahkan reschedule lagi”
Saya reschedule dan ternyata dapat jadwal pukul 20.30 WIB.. waw mundur tiga setengah jam lamanya.
Saya kembali ke rombongan Hariri beserta keluarganya dan memberitahukan tentang perubahan jadwal, Karena pertimbangan masih sangat lama dan mereka juga harus open house di Gresik akhirnya mereka pamit duluan dan langusung kembali ke Gresik. Terima kasih yang tak berujung buat mereka…
Kembali menunggu seperti hari sebelumnya dengan posisi yang tidak jauh berbeda juga. Saya kembali menghubungi kakak yang masih menunggu berita baik dari saya, saya informasikan bahwa jadwal keberangkatan saya mundur lagi. Dia kembali galau dan mulai berpikir untuk pulang lebih awal dari pada menunggu kedatangan saya yang tidak pasti. Tapi saya berusaha terus meminta agar tetap menunggu saya karena tidak ada lagi orang lain yang bisa saya harapkan untuk datang menjemput di Bandara kecuali dia. Dia kembali sepakat untuk tetap menunggu saya..
Setelah shalat maghrib tiba-tiba para penumpang kembali gusar setelah mendengar pemberitahuan dari pihak bandara bahwa Bandara akan kembali ditutup atas perintah langsung dari Menteri Perhubungan via telepon. Berita rencana penutupan Bandara pada pukul 19.00 WIB kembali disiarkan dibeberapa stasiun televisi nasional yang disaksikan oleh keluarga Hariri dan tentunya juga kakak saya yang masih setia menunggu di Makassar.
Secepatnya kembali saya menghadap ke costumer service bandara menanyakan kebenaran isu hangat penutupan bandara yang ramai diperbincangkan oleh para penumpang dan mereka membenarkan hal itu. Kembali harus memilih antara reschedule pemberangkatan atau refund tiket, jika reschedule waktu pemberangkatan yang paling cepat adalah pukul 7.00 WIB tanggal 18 Juli tapi jika refund harus mengurus lagi ke agen online tempat saya beli tiket. Berat rasanya memutuskan harus memilih apa, jika saya pilih reschedule lagi berarti saya bisa berangkat dihari berikutnya itu pun belum ada kepastian apakah ada penerbangan ataukah bandara akan ditutup lagi, jika saya pilih refund berarti saya bisa berganti mode transportasi dari Pesawat terbang ke Kapal Laut atau Kereta Api menuju salah satu kota yang bandaranya aman. Saya memutuskan untuk berpikir tenang dan keluar dari ruangan Costumer service..
Selanjutnya saya mencoba mencari kejelasan dari pihak lain yaitu ke maskapai penerbangan yang saya pakai saat itu yaitu Citilink. Kembali menanyakan kejelasan penutupan bandara, dia juga membenarkan hal tersebut tapi informasi resmi dalam bentuk surat pemeberitahuan dari kementerian perhubungan belum datang masih sebatas via telepon jadi saat itu belum ada kejelasan apakah bandara kembali ditutup atau akan tetap ada penerbangan malam itu.
Panggilan masuk pertama dari keluarga Hariri yang kembali gelisah karena melihat berita penutupan bandara lewat televisi di rumahnya. Panggilan kedua dari Kakak saya Yasmin yang sudah galisah maksimal dan sudah dua hari mendekam dikamar menunggu informasi pemeberangkatan terbaru dari saya. Saya hanya berusaha menenangkan mereka bahwa informasi penutupan bandara belum jelas dan masih ada harapan untuk bisa berangkat malam itu. Khusus kakak saya, kami sepakat kalau malam itu delay lagi maka saya membiarkan dia untuk kembali ke kampung lebih awal.
Harap-harap cemas masih menghantui pikiran saya malam itu dan belum bisa memutuskan apakah harus memilih reschedule atau refund, yang bisa saya lakukan adalah saya masih bersedia menunggu selama beberapa jam terkait informasi baru apakah bandara akan ditutup lagi ataukah akan ada pemberangkatan.
Sempat terjadi adu argument dan aksi pukul meja dari beberapa penumpang saat itu yang sudah habis kesabaran karena sudah dua hari lamanya menunggu pesawat yang tak kunjung berangkat dan harus menunggu lagi jika bandara ditutup sedangkan beberapa rute sudah ada yang berangkat dan menurut informasi dari ATC (Air Traffic Controller) atau Pemandu Lalulintas Udara bahwa lalulintas penerbangan malam itu aman-aman  saja. Sebagian penumpang khususnya dari Makassar masih tetap mengadakan negoasiasi dengan pihak kementerian perhubungan dan saya berinisiatif bersama beberapa penumpang lain untuk audiensi dengan pihak reporter televisi nasional. Setelah sepakat untuk on air satu jam kedepan dengan salah satu pihak media yang bersedia menyiarkan keluhan kami dengan harapan ada desakan bagi pihak bandara dan pihak kementerian untuk segera mengambil keputusan pasti apakah bandara jadi ditutup ataukah akan ada penerbangan.

Kami kembali kerombongan penumpang yang sedang melakukan negosiasi dan tidak lama setelah itu akhirnya ada titik terang dari pihak bandara bahwa pada malam itu pihak bandara akan tetap mengadakan pemberangkatan. Pesawat saya berangkat tepat pada jadwal yang saya minta sebelumnya yaitu pukul 20.30 WIB meskipun sudah banyak kursi yang kosong karena sudah banyak yang melakukan reschedule dan refund.  Alhamdulillah tiba dengan selamat di Bandara Hasanuddin – Makassar tepat pukul 23.00 WITA. Dan bisa pulang kampung dengan tenang bersama kakak esok paginya… 

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Terima Kasih atas kunjungan anda, Jangan lupa Follow, dan komentarnya !!!