
Ketika
itu Rhyan teringat dengan sosok
seorang wanita yang cantik jelita, murah senyum, dan berwatak agak manja. Kemudian bertanya-tanya dalam hati, “ apakah aku pantas menjadi seorang pangeran buat
dirinya?” tapi ah, itu Cuma mimpi kok, mana mungkin jadi kenyataan...
Kasmaran
Hari
libur telah usai, Rhyan
mulai mulai melangkahkan kaki menuju sekolah dengan memakai rasel bermerk Import dan bersepatu Dallas Rhyan berjalan dengan PD-nya kesekolah.
Dengan
perasaan yang sangat senang dia masuk ke kelas barunya di SMP, kelas IIIB. Ternyata di
dalam kelas nampak seorang gadis yang duduk sendiri dan sambil menatapnya dengan heran, tapi seketika itu dia tersadar dan
mengalihkan pandangannya ke bangku yang akan dia tempatnya duduk. Kebetulan bangku dekatnya kosong,
jadi dia memilih untuk duduk di sampingnya saja.
Sesekali Rhyan mencuri-curi pandang dan memperhatikan dengan jelas wajah ayunya, ternyata
gadis itu persis dengan yang ada dalam mimpiku, “ anne minne kapang cewe’ maingia ku so’naang” (Mungkin inilah gadis yang pernah ada dalam mimpiku).
Setelah
sepekan dia duduk di kelas IIIB, dan telah mengenal semua penghuni kelas
terutama sama si gadis itu. Ternyata namanya St. Fadhilah Yudiatunnisa tapi
akrab dipanggil Dila. Hari silih berganti akhirnya Rhyan sudah akrab dengan Dila.
“Hai dila, tumben sendiri temanmu yang lain mana?” “ eh Rhyan !!! aku kaget,
kirain siapa ” dengan kaget Dila menjawab.
Dia mendekat dan duduk di sampingnya sambil bercerita tentang sahabatnya masing-masing. Sejak keakraban itulah Rhyan semakin mearasakan aura cinta
kapada Dila.
Dasar kalau hati sudah menuntut,, Rhyan
tidak dapat lagi memendam rasa cinta yang begitu kuat dalam hatinya, akhirnya
kata cinta keluar dari lubuk hati yang mendalam dari Rhyan kepada Dila lewat
secarik kertas surat yang kemudian diselipkan kedalam buku Dila tanpa
sepengetahuan siapa-siapa. Namun akhirnya ketahuan juga. “ Cye ! Rhyan ma Dila
pacaran !” ledek dari salah seorang teman Rhyan, dari peristiwa itulah gosip
tentang Rhyan dan Dila tidak saling bicara lagi, padahal dari lubuk hati Rhyan
yang paling dalam Rhyan sangat penasaran ingin mengetahui balasan dari Dila
tapi tidak sepatah kata pun balasan dari Dila.
Setiap kali Rhyan mau mendekati Dila pasti Dilanya menjauh. Rhyan selalu
bertanya-tanya dalam hati “ apakah Dila
marah sama aku atau Cuma malu sama ejekan dari teman-tema, yang pastinya aku
belum diterima ataupun ditolak sama Dila.”
Sepucuk Surat
dari Dila
Setelah
satu tahun kemudian Rhyan telah sekolah di SMA, ketika diumumkan tentang
pembagian kelas, ternyata Rhyan dan Dila satu kelas lagi. Rhyan dan Dila
bagaikan dua insan yang belum pernah ketemu sebelumnya, karena tidak satu kata
pun yang keluar dari mulut mereka
ketika satahun bersama di SMA. Rhyan merasa tidak pantas dan tidak sanggup
untuk mendapatkan cintanya, mencoba untuk melupakan dan tidak akan pernah lagi
berharap cinta yang tak pasti dari Dila.
Tepat di hari ulang tahunnya, Rhyan menerima selembar
kertas dari Dila lewat sahabatnya. “Surat apa ini? “ Kata Rhyan. “Silahkan baca
sendiri bang, penting !” Jawab Intan
sambil tersenyum.
Rhyan langsung membaca surat tersebut, ternyata surat
dari Dila yang berisikan ucapan selamat ulang tahun.
“Selamat ulang tahun shobat semoga sehat selalu dan melalui surat ini saya mohon maaf sebesar-besarnya karena aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu (cintamu) dan jangann terlalu berharap besar padaku karena hanya menyiksa batinmu”.
Masih menaruh Harapan
Hufft… sungguh
menyedihkan.. !!
Mungkin itulah
balasan surat yang aku kirim kepada Dila setahun yang lalu” Ketus Rhyan.
Dia bertekad untuk tidak melanjutkan cintanya lagi
karena merasa telah memaksakan kehendaknya perasaanya.
Setahun berlalu Rhyan telah duduk dikelas program IPA
dan Dila dikelas IPS, yah setidaknya lebih enjoy karena tidak adan lagi peluang
untuk melihat Dila dan berharap betul-betul dapat melupakannya. Tapi …
tiba-tiba Rhyan dikagetkan oleh ocehan temannya, “Rhyan, dengar-dengar Rhyan
jadian dengan sahabatmu di SMP, Irfan”. Serasa syok mendengarnya, tapi Rhyan
berusaha untuk bersikap tenang untuk menyikapinya.
“Mengapa rasa cemburu ini begitu besar setelah
mendengar hal itu, apakah aku masih mencintainya? Sudahlah, dia telah menjadi milik orang lain”
Lamun Rhyan.
Rhyan berusaha untuk mengindahkan perasaan risaunya
itu, dia lebih memilih untuk fokus disetiap kegiatan Ekskul yang dia geluti di
sekolah. Sebagai seorang petarung dalam perguruan beladiri yang diikutinya
Rhyan selalu optimis bahwa segala tantangan apapun yang akan dihadapinya dia untuk
tidak akan menyerah dan tidak akan mundur seperti ketika bertarung dengan
lawannya dibeberapa pertandingan, Yah sebagai seorang fighter segala resiko
apapun dia akan terima sekalipun akan terjadi kemungkinan terburuk yang akan
menimpanya.
Dua hari Sejak Dua Tahun
Lagi-lagi Rhyan ternyata masih menaruh harapan sama
Dila, dia mencoba untuk menghubungi Dila lewat telepon genggamnya. Dia berusaha
untuk menarik simpati Dila lewat candanya, dan mencoba untuk menyatakan
cintanya untuk kesekian kalinya mumpung dia sudah tidak ada yang punya.
Kemungkinan baik dan buruknya harus dia terima. “Saya tidak akan pernah
menyerah sebelum mendapatkan apa yang saya inginkan” Optimisnya. Terkadang
Cinta berakhir dengan benci dan begitu pun sebaliknya, kadang benci akan
menjadi cinta, yah,, miriplah dengan potongan kata dari sebuah peribahasa.
Respon Dila kali ini tidak seburuk sebelumnya, Dila
meminta waktu untuk mempertimbangkannya. Dua hari dipertimbangkannya cukup
berat untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat mengendap selama dua tahun…
Dengan senyum optimis Dila ke Rhyan mencoba untuk
menerima cinta Rhyan …
“Baiklah kita jalani saja, meskipun saat ini jujur saya belum bisa menyatukan perasaan ini,, ajarkan aku untuk mencintaimu”. Rhyan pun membalas dengan senyum optimisnya.
“Baiklah kita jalani saja, meskipun saat ini jujur saya belum bisa menyatukan perasaan ini,, ajarkan aku untuk mencintaimu”. Rhyan pun membalas dengan senyum optimisnya.
Gubuk Bambu di Manipi, 27 Februari 2009
*Tunggu cerita selanjutnya ...........
*Tunggu cerita selanjutnya ...........
0 komentar:
Posting Komentar