Mengakhiri
petualangan di Pulau Jawa saya berencana untuk kunjungan silaturrahmi ke rumah keluarga di Kota Jakarta, yah kota yang pernah saya kunjungi beberapa tahun
yang lalu.
Entah kenapa
meskipun dengan alasan saya yang tidak begitu jelas tiba-tiba ada dorongan yang
begitu kuat dari benak saya untuk lebih memilih pulang ke kampung halaman dari
pada tinggal menghabiskan waktu di tanah Jawa naik turun kereta api dari stusiun A ke
stasiun B, dari bus A ke bus B, dari angkot A menuju angkot B membawa
perlengkapan pribadi yang lumayan banyak dan juga menghabiskan isi rekening yang
sudah semakin menipis. Mungkin juga karena ada rindu yang begitu dalam untuk kumpul
bersama orang tua dan saudara atau rindu kepada orang cantik kedua yang begitu
membara. Intinya saya mau pulang…
Tiket kereta
api dengan tujuan perjalanan dari Stasiun
Pasar Turi (Surabaya) ke Stausiun
Pasar Senen (Jakarta) pulang pergi telah saya bayar jauh hari sebelumnya
meskipun juga saya telah booking tiket penerbangan Surabaya menuju Makassar.
Malam sebelum
pulang rencanya numpang menginap ditempat kost-an
Hasbi sahabat saya si pemilik rambut kribo dengan alasan lebih mudah dan lebih
dekat menunggu bus menuju terminal Purabaya di Bungurasih Surabaya tapi malah di bawa ke
tempat kursusnya di English Studio yang jaraknya cukup dekat dari tempat
kost-nya. Hanya butuh beberapa detik berdiri disebuah pertigaan, bus patas tujuan
Surabaya tiba-tiba muncul dan berhenti tepat di depan saya. Ketika naik diatas
bus yang ada dalam benak saya hanya urutan rute perjalanan setelah tiba di
terminal Bungurasih; Setiba di terminal
saya harus cari bus menuju Stasiun Pasar Turi, setelah itu melakukan pembatalan
tiket kereta api, naik bus keliling kota Surabaya sambil hunting oleh-oleh buat pulang dan terakhir menuju Bandara Juanda di
Sidoarjo.
Tiba di terminal
dengan wajah polos dan dihujani para pemilik jasa transportasi mulai dari
Damri, taksi, mobil travel, juga ojek. Lama menunggu bus menuju Stasiun Pasar
Turi akhirnya saya memutuskan untuk menerima salah satu tawaran tukang ojek dengan
catatan sepakat dengan rencana rute perjalanan yang saya mau. Sepakat rute,
sepakat dengan besaran bayaran..
Perjalanan dengan
jasa ojek dimulai dari terminal dengan koper ukuran kecil didepan, ransel di punggung
dan kantongan pakaian jinjing di tengah.. jalan pak !!!
Jarak
menuju stasiun dari terminal cukup jauh tapi untung tidak macet. Tiba di
stasiun Pasar Turi yang yang sudah dibanjiri oleh para mudiker-mudiker lebaran
dan tentunya banyak juga diantara mereka rela berdesak-desakan hanya untuk
membatalkan tiket perjalanan seperti saya. Cetak tiket, Mengisi form pembatalan
tiket dan antri menunggu giliran nomor antrian dipanggil memakan waktu hampir
dua jam dan pastinya masih bersama tukang ojek. Pembatalan tiket sudah kelar
meskipun uangnya akan di refund
(dikembalikan) via rekening memakan
waktu paling cepat sebulan setelah pembatalan ditambah dengan potongan 25% dari
harga tiket sebagai biaya administrasi katanya.
Rute selanjutnya
adalah keliling kota Surabaya plus
hunting buah tangan. Tapi karena merasa kasihan dengan tukang ojek yang
pastinya akan menunggu lama lagi akhirnya saya memutuskan hanya ingin mampir
sejenak untuk mengabadikan moment di Patung
Suro (hiu) dan Boyo (buaya) tepat di depan Wisata Kebun Binatang Surabaya. Lima belas
menit saya rasa sudah cukup lama untuk main ditempat itu..
Rute terakhir
menuju Bandara Domestik Juanda Surabaya, namanya saja Surabaya tapi bertempat
di Sidoarjo tapi jarak tempuhnya dari Kota Surabaya menuju Sidoarjo tidak
sampai menghabiskan air mata karena hembusan angin yang begitu kuat tapi membuat bibir
kering karena panas dan hembusan angin.
0 komentar:
Posting Komentar